Halaman

Selasa, 08 Mei 2012

PANJAT TEBING


PANJAT TEBING


Pendahuluan
Pada dasarnya, rock climbing atau dalam indonesia disebut Panjat Tebing adalah teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan dan merupakan salah satu cara untuk mencapai puncak. Pada awalnya orang melakukan panjat tebing karena alasan mata pencaharian seperti yang dilakukan sebagian orang Perancis yang memanjat Pegunungan Alpen untuk berburu kambing gunung (chamois), atau di Indonesia seperti pengunduh sarang burung walet gua di Kalimantan Timur.  Pada perkembangannya banyak tujuan orang memanjat tebing namun pada dasarnya adalah sama yaitu suatu cara mencapai suatu tempat atau puncak.
Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang dipergunakan, selain itu juga adanya prinsip dan etika dalam pemanjatan. Seorang pemanjat tebing dituntut untuk berani, teliti, kemampuan berfikir dan bertindak di saat kritis. Selain itu diperlukan juga kekuatan fisik yang prima, kelenturan dan penguasaan teknik yang benar, karena hal-hal tersebut di atas merupakan dasar dari panjat tebing. Secara umum dasar-dasar tersebut bertujuan agar kita memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar pemanjat tebing yang nantinya kita gunakan dalam sebuah pemanjatan pada medan sebenarnya.
Panjat tebing merupakan salah satu dari cabang mountaineering yang paling penting, memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan analisa yang tinggi, mental baja, serta ketahanan fisik yang besar. Rock climbing dapat dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu kecakapan mendaki, orientasi jalur/route finding, protection, dan mentalitas.

Klasifikasi Panjat Tebing
Pemanjatan tebing menurut lama pemanjatan dan ketinggiannya, terbagi dalam tiga jenis, namun dalam pembedaan ini satu sama lainnya tidak terpisahkan secara jelas.

 

BOULDERING

Pemanjatan dilakukan pada tebing yang tidak terlalu tinggi, bisa pemanjat melakukan gerakan secara vertikal, kiri-kanan dan naik turun. Gerakan ini dilakukan berulang kali. Untuk bouldering ini perlengkapan yang digunakan ditekan sedikit mungkin. Jadi pemanjat hanya memerlukan pakaian, sepatu dan chalk bag.
Adapun tujuan bouldering adalah :
·         Sebagai pemanasan bagi pemanjat sebelum melakukan pemanjatan di dinding tinggi.
·         Sangat bagus untuk melatih gerakan yang sulit.
·         Untuk melatih endurance

CRAG CLIMBING

Merupakan panjat bebas,dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
1.      
 
Single pitch climbing : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.












2.       Multi pitch climbing : pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua (second man)

BIG WALL CLIMBING

Jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari crag climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan juga memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, pengaturan mengenai makanan, perlengkapan tidur dan yang lainnya. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu :

Siege tactic menggunakan peralatan tenda gantung yang dapat di pasang pada dinding tebing
 

1.       Alpine Push atau Siege Tactic
Dalam alpine push, pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala  peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir.
2.       Himalayan Tactic
Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai sore hari. Setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Ini dilakukan sampai puncak.
Perbedaan dari keduanya adalah :
Alpine Push :
·         Waktu pemanjatan lebih singkat
·         Alat yang digunakan lebih sedikit
·         Waktu istirahat sedikit
·         Perlu load carry
Himalayan Tactic :
·         Waktu pemanjatan lebih lama
·         Alat yang dibutuhkan lebih banyak
·         Waktu istirahat banyak
·         Tidak memerlukan load carry

Tingkat Kesulitan (Grade) Dalam Panjat Tebing
Setiap jenis tebing memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi dan untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Garde 5,7-5,8          Adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Garde 5,9.                Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Garde 5,10.             Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Garde 5,11.             Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Garde 5,13-5,14.    Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).

Kecakapan Panjat Tebing/Pendakian
Kecakapan dalam panjat tebing meliputi pengenalan peralatan/perlengkapan dan teknik-teknik dalam pemanjatan tebing.

PENGENALAN TEBING

Tebing sendiri merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.

PENGENALAN PERALATAN

 
Tali

Tali, carbiner, webing, dan anchor adalah kombinasi  keselamatan pemanjatan
 
Untuk rock climbing diperlukan tali yang kuat, kokoh, ringan, punya daya lentur tinggi, tidak mudah basah, cepat kering, dan mudah dibawa. Dalam hal ini tali kernmantel dynamic lebih sering digunakan karena memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian perlu diingat bahwa tali akan berkurang kekuatannya karena berbagai hal, antara lain gesekan, hentakan, panas matahari, simpul yang dibuat pada tali dan usia pemakaian.



Carabiner

Carabiner atau snaplink adalah cincin kait yang terbuat dari allumunium alloy yang bentuknya beragam dan mempunyai gate yang berfungsi seperti peniti dan mempunyai kekuatan yang bervariasi tergantung pada beberapa hal antara lain logam, bentuk, penampang lintang dan pintunya. Sedang kelemahan dari carabiner terletak pada pintunya terutama pin engsel dan pin penguncinya.
Ada 2 jenis carabiner yaitu :
·         Carabiner screw gate (menggunakan kunci pengaman)
·         Carabiner non screw gate (tanpa kunci pengaman)

Piton

Piton adalah sepotong logam dibentuk agar berfungsi sebagai pasak celah tebing batu. Piton dari baja kromalin lebih banyak digunakan pemanjat karena alat ini mudah dicabut untuk digunakan kembali dan sangat menguntungkan untuk pemanjatan artificial pada suatu tebing yang panjang. Secara umum piton terbagi dua yaitu :
·         Piton bilah (piton blade)
·         Piton siku (piton angle)
Dari kedua tipe ini dikembangkan bermacam-macam bentuk piton sesuai dengan jenis celah batu yang ada dan selain itu ada lagi piton yang khusus dipakai (penambat tali) dalam rapelling.

Chock & Friend

Chock adalah sebuah alat yang dimasukkan pada celah batu dengan jari tangan sehingga terjepit dan dapat menahan beban berat dari arah tertentu, chock mempunyai 3 bentuk yaitu :
1.       Bulat
2.       Segi enam (hexentric)
3.       Baji (stopper)
Friend adalah sebuah alat penjepit, yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi chock, kemampuan friend menyesuaikan ukuran bentuknya agar bisa digunakan pada berbagai celah batu.

A : hexentric
B : Friend
 
A                      B

Etrier/Stirrup

Etrier/Stirrup (tangga gantung) adalah alat untuk pemanjatan artificial. Etrier ada dua macam yakni dari webbing dan dari logam campuran alumunium. Dengan tangga ini pemanjat dapat bertumpu setinggi mungkin pada tebing yang curam, bercelah tipis dan blank, serta memudahkan pemanjat untuk menambah ketinggian.

Hammer

Palu untuk memanjat tebing sedikit berbeda dengan palu untuk paku. Pada pemanjatan artificial, kepala palu harus cukup berat agar dalam penancapan piton bias dilakukan dengan mudah, bagian kepala palu lebar, bagian ekor berbentuk baji (wedge) atau meruncing.

Sepatu panjat

Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
1.       Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
·         Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
·         Untuk medan kering
·         Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulat (slob).
·         Ringan
2.       Sepatu yang solnya kaku
·         Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
·         Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.
·         Berat
·         Untuk medan basah dan kering.

Helm

Seorang pemanjat tebing dianjurkan memakai pelindung kepala atau helm. Perlengkapan ini berfungsi melindungi kepala dari benda yang jatuh dari atas trutama batu dan benturan kepala dengan tebing ketika jatuh.

Harness

Harness pada rock climbing dirancang  dapat melakukan posisi duduk
 

Alat pengaman pemanjatan yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harness :
·         Seat harness, menahan beban badan pemanjat tebing yang jatuh agar tidak mematahkan pinggulnya.

Tidak ada komentar: