Kamis, 09 Agustus 2012
Kamis, 26 Juli 2012
Selasa, 24 Juli 2012
Sabtu, 21 Juli 2012
Senin, 21 Mei 2012
MENCOBA
SENANG DALAM KEKHAWATIRAN
Kediri, 22 Mei 2012 14.15.WIB
Didalam kalambu yang tertutup rapat ku tak dapat menghirup udara yang segar,, kenapa harus terjadi ketika ku ingin meraih apa yang selama ini menjadi harapan kehidupan yang kujalani....... mesti tak mengira semua ini akan terjadi. apa kesalahan yang pada diri ini sampai akhir ini ku merasa ku lewati lautan tanpa perahu dan nahkodanya.....berusaha mencari langkah dan melompat lebih jauh dari realita ini namun tak bisa dipungkiri hidup adalah seni dalah kehidupan....... Tuhan berikan kemudahan dalam menjalani semua skenariomu Tuhan.... berikanlah penerangan dalam jalan ini Tuhan..............
Kediri, 22 Mei 2012 14.15.WIB
RINTIHAN SEMENTARA
LELAH UNTUK INI
Ku lewati hari-hari dengan hiruk pikuk kegelisaan yang tak unjung usai... berharap keajaiban datang untuk saat ini,,, menjadi seseorang yang tegar dan bijak itu tidak mudah,, saat ini ku duduk diantara deretan kursi kosong menatap lantai yang putih cahaya lampu memantulkan arti dari cerminan hidup ini.....orang berdatangan yang menyapa diriku namun apalah daya lelah tah kuat untuk membalasnya.... pandangan kini menatap ke arah luar jendela kantin kampus selintas terpikir olehku kenapa ku masih disini.... kenapa ku masih duduk disini.... benak ini tak henti berharap untuk meraihnya selalu optimis dalam mengayuh pedal sepedah yang tua dan tak lelah dalam perjalanan ini.... tuhan sampai kapan aku memecahkan teka-teki ini.... sementara ku lelah lelah untuk rintihan kesal namun itu hanya membuat luntur semangat ini.. ku harus menhadapi dengan penuh semangat... aku pasti menemukannya.......
Ku lewati hari-hari dengan hiruk pikuk kegelisaan yang tak unjung usai... berharap keajaiban datang untuk saat ini,,, menjadi seseorang yang tegar dan bijak itu tidak mudah,, saat ini ku duduk diantara deretan kursi kosong menatap lantai yang putih cahaya lampu memantulkan arti dari cerminan hidup ini.....orang berdatangan yang menyapa diriku namun apalah daya lelah tah kuat untuk membalasnya.... pandangan kini menatap ke arah luar jendela kantin kampus selintas terpikir olehku kenapa ku masih disini.... kenapa ku masih duduk disini.... benak ini tak henti berharap untuk meraihnya selalu optimis dalam mengayuh pedal sepedah yang tua dan tak lelah dalam perjalanan ini.... tuhan sampai kapan aku memecahkan teka-teki ini.... sementara ku lelah lelah untuk rintihan kesal namun itu hanya membuat luntur semangat ini.. ku harus menhadapi dengan penuh semangat... aku pasti menemukannya.......
Selasa, 08 Mei 2012
PANJAT TEBING
PANJAT TEBING
Pendahuluan
Pada dasarnya, rock climbing atau dalam indonesia disebut Panjat Tebing adalah teknik memanjat tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan dan merupakan salah satu cara untuk mencapai puncak. Pada awalnya orang melakukan panjat tebing karena alasan mata pencaharian seperti yang dilakukan sebagian orang Perancis yang memanjat Pegunungan Alpen untuk berburu kambing gunung (chamois), atau di Indonesia seperti pengunduh sarang burung walet gua di Kalimantan Timur. Pada perkembangannya banyak tujuan orang memanjat tebing namun pada dasarnya adalah sama yaitu suatu cara mencapai suatu tempat atau puncak.
Ciri khas rock climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang dipergunakan, selain itu juga adanya prinsip dan etika dalam pemanjatan. Seorang pemanjat tebing dituntut untuk berani, teliti, kemampuan berfikir dan bertindak di saat kritis. Selain itu diperlukan juga kekuatan fisik yang prima, kelenturan dan penguasaan teknik yang benar, karena hal-hal tersebut di atas merupakan dasar dari panjat tebing. Secara umum dasar-dasar tersebut bertujuan agar kita memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar pemanjat tebing yang nantinya kita gunakan dalam sebuah pemanjatan pada medan sebenarnya.
Panjat tebing merupakan salah satu dari cabang mountaineering yang paling penting, memerlukan kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan analisa yang tinggi, mental baja, serta ketahanan fisik yang besar. Rock climbing dapat dibagi menjadi empat bagian utama, yaitu kecakapan mendaki, orientasi jalur/route finding, protection, dan mentalitas.
Klasifikasi Panjat Tebing
Pemanjatan tebing menurut lama pemanjatan dan ketinggiannya, terbagi dalam tiga jenis, namun dalam pembedaan ini satu sama lainnya tidak terpisahkan secara jelas.
BOULDERING
Pemanjatan dilakukan pada tebing yang tidak terlalu tinggi, bisa pemanjat melakukan gerakan secara vertikal, kiri-kanan dan naik turun. Gerakan ini dilakukan berulang kali. Untuk bouldering ini perlengkapan yang digunakan ditekan sedikit mungkin. Jadi pemanjat hanya memerlukan pakaian, sepatu dan chalk bag.
Adapun tujuan bouldering adalah :
· Sebagai pemanasan bagi pemanjat sebelum melakukan pemanjatan di dinding tinggi.
· Sangat bagus untuk melatih gerakan yang sulit.
· Untuk melatih endurance
CRAG CLIMBING
Merupakan panjat bebas,dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
1.
Single pitch climbing : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di tengah untuk mengamankan orang kedua.
|
2. Multi pitch climbing : pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua (second man)
BIG WALL CLIMBING
Jenis pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari crag climbing dan membutuhkan waktu berhari-hari, peralatan yang cukup dan juga memerlukan pengaturan tentang jadwal pemanjatan, pengaturan mengenai makanan, perlengkapan tidur dan yang lainnya. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu :
|
1. Alpine Push atau Siege Tactic
Dalam alpine push, pemanjat selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan berakhir.
2. Himalayan Tactic
Pemanjatan big wall yang dilakukan sampai sore hari. Setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Ini dilakukan sampai puncak.
Perbedaan dari keduanya adalah :
Alpine Push :
· Waktu pemanjatan lebih singkat
· Alat yang digunakan lebih sedikit
· Waktu istirahat sedikit
· Perlu load carry
Himalayan Tactic :
· Waktu pemanjatan lebih lama
· Alat yang dibutuhkan lebih banyak
· Waktu istirahat banyak
· Tidak memerlukan load carry
Tingkat Kesulitan (Grade) Dalam Panjat Tebing
Setiap jenis tebing memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi dan untuk memudahkan estimasi tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Garde 5,7-5,8 Adalah tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan tebing belum mencapai 90 derajat.
Garde 5,9. Tingkat kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Garde 5,10. Pada tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan. Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai dibutuhkan.
Garde 5,11. Tingkat kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung dan atap.
Garde 5,13-5,14. Jalur lintasan ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union Internationale des Association Alpines).
Kecakapan Panjat Tebing/Pendakian
Kecakapan dalam panjat tebing meliputi pengenalan peralatan/perlengkapan dan teknik-teknik dalam pemanjatan tebing.
PENGENALAN TEBING
Tebing sendiri merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure (permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat kesulitannya.
PENGENALAN PERALATAN
Tali
|
|
Carabiner
Carabiner atau snaplink adalah cincin kait yang terbuat dari allumunium alloy yang bentuknya beragam dan mempunyai gate yang berfungsi seperti peniti dan mempunyai kekuatan yang bervariasi tergantung pada beberapa hal antara lain logam, bentuk, penampang lintang dan pintunya. Sedang kelemahan dari carabiner terletak pada pintunya terutama pin engsel dan pin penguncinya.
Ada 2 jenis carabiner yaitu :
· Carabiner screw gate (menggunakan kunci pengaman)
· Carabiner non screw gate (tanpa kunci pengaman)
Piton
Piton adalah sepotong logam dibentuk agar berfungsi sebagai pasak celah tebing batu. Piton dari baja kromalin lebih banyak digunakan pemanjat karena alat ini mudah dicabut untuk digunakan kembali dan sangat menguntungkan untuk pemanjatan artificial pada suatu tebing yang panjang. Secara umum piton terbagi dua yaitu :
· Piton bilah (piton blade)
· Piton siku (piton angle)
Dari kedua tipe ini dikembangkan bermacam-macam bentuk piton sesuai dengan jenis celah batu yang ada dan selain itu ada lagi piton yang khusus dipakai (penambat tali) dalam rapelling.
Chock & Friend
Chock adalah sebuah alat yang dimasukkan pada celah batu dengan jari tangan sehingga terjepit dan dapat menahan beban berat dari arah tertentu, chock mempunyai 3 bentuk yaitu :
1. Bulat
2. Segi enam (hexentric)
3. Baji (stopper)
Friend adalah sebuah alat penjepit, yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi chock, kemampuan friend menyesuaikan ukuran bentuknya agar bisa digunakan pada berbagai celah batu.
|
Etrier/Stirrup
Etrier/Stirrup (tangga gantung) adalah alat untuk pemanjatan artificial. Etrier ada dua macam yakni dari webbing dan dari logam campuran alumunium. Dengan tangga ini pemanjat dapat bertumpu setinggi mungkin pada tebing yang curam, bercelah tipis dan blank, serta memudahkan pemanjat untuk menambah ketinggian.
Hammer
Palu untuk memanjat tebing sedikit berbeda dengan palu untuk paku. Pada pemanjatan artificial, kepala palu harus cukup berat agar dalam penancapan piton bias dilakukan dengan mudah, bagian kepala palu lebar, bagian ekor berbentuk baji (wedge) atau meruncing.
Sepatu panjat
Ada dua jenis sepatu yang digunakan dalam pemanjatan :
1. Sepatu yang lentur dan fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
· Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
· Untuk medan kering
· Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang), pijakan membulat (slob).
· Ringan
2. Sepatu yang solnya kaku
· Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
· Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil dan tajam.
· Berat
· Untuk medan basah dan kering.
Helm
Seorang pemanjat tebing dianjurkan memakai pelindung kepala atau helm. Perlengkapan ini berfungsi melindungi kepala dari benda yang jatuh dari atas trutama batu dan benturan kepala dengan tebing ketika jatuh.
Harness
|
Alat pengaman pemanjatan yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harness :
· Seat harness, menahan beban badan pemanjat tebing yang jatuh agar tidak mematahkan pinggulnya.
PANJAT TEBING
Pendahuluan
Pada dasarnya,
rock climbing atau dalam indonesia disebut Panjat Tebing adalah teknik memanjat
tebing batu dengan memanfaatkan cacat batuan dan merupakan salah satu cara
untuk mencapai puncak. Pada awalnya orang melakukan panjat tebing karena alasan
mata pencaharian seperti yang dilakukan sebagian orang Perancis yang memanjat
Pegunungan Alpen untuk berburu kambing gunung (chamois), atau di
Indonesia seperti pengunduh sarang burung walet gua di Kalimantan Timur. Pada perkembangannya banyak tujuan orang
memanjat tebing namun pada dasarnya adalah sama yaitu suatu cara mencapai suatu
tempat atau puncak.
Ciri khas rock
climbing adalah prosedur dan perlengkapan yang dipergunakan, selain itu juga
adanya prinsip dan etika dalam pemanjatan. Seorang pemanjat tebing dituntut
untuk berani, teliti, kemampuan berfikir dan bertindak di saat kritis. Selain
itu diperlukan juga kekuatan fisik yang prima, kelenturan dan penguasaan teknik
yang benar, karena hal-hal tersebut di atas merupakan dasar dari panjat tebing.
Secara umum dasar-dasar tersebut bertujuan agar kita memiliki pengetahuan dan
kemampuan dasar pemanjat tebing yang nantinya kita gunakan dalam sebuah
pemanjatan pada medan sebenarnya.
Panjat tebing
merupakan salah satu dari cabang mountaineering yang paling penting, memerlukan
kecakapan mendaki tebing batu yang terjal, kemampuan analisa yang tinggi,
mental baja, serta ketahanan fisik yang besar. Rock climbing dapat dibagi
menjadi empat bagian utama, yaitu kecakapan mendaki, orientasi jalur/route
finding, protection, dan mentalitas.
Klasifikasi
Panjat Tebing
Pemanjatan
tebing menurut lama pemanjatan dan ketinggiannya, terbagi dalam tiga jenis,
namun dalam pembedaan ini satu sama lainnya tidak terpisahkan secara jelas.
BOULDERING
Pemanjatan
dilakukan pada tebing yang tidak terlalu tinggi, bisa pemanjat melakukan
gerakan secara vertikal, kiri-kanan dan naik turun. Gerakan ini dilakukan
berulang kali. Untuk bouldering ini perlengkapan yang digunakan ditekan sedikit
mungkin. Jadi pemanjat hanya memerlukan pakaian, sepatu dan chalk bag.
Adapun tujuan bouldering
adalah :
·
Sebagai pemanasan bagi pemanjat sebelum melakukan pemanjatan di dinding
tinggi.
·
Sangat bagus untuk melatih gerakan yang sulit.
·
Untuk melatih endurance
CRAG CLIMBING
Merupakan panjat
bebas,dan dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua cara :
1.
Single
pitch climbing : dalam pemanjatan ini tidak diperlukan dengan berhenti di
tengah untuk mengamankan orang kedua.
|
2. Multi pitch climbing :
pemanjatan ini dilakukan pada tebing yang lebih tinggi dan diperlukan
pergantian leader. Tiap pemanjat memulai dan mengakhiri pada teras memadai
untuk mengamankan diri dan untuk mengamankan orang kedua (second man)
BIG WALL CLIMBING
Jenis
pemanjatan di tempat yang lebih tinggi dari crag climbing dan membutuhkan waktu
berhari-hari, peralatan yang cukup dan juga memerlukan pengaturan tentang
jadwal pemanjatan, pengaturan mengenai makanan, perlengkapan tidur dan yang
lainnya. Dalam pemanjatan bigwall ada dua sistem yang dipakai yaitu :
|
1. Alpine Push atau Siege
Tactic
Dalam alpine push, pemanjat
selalu ada di tebing dan tidur di tebing. Jadi segala peralatan dan perlengkapan serta kebutuhan
untuk pemanjatan dibawa ke atas. Pemanjat tidak perlu turun sebelum pemanjatan
berakhir.
2. Himalayan Tactic
Pemanjatan big wall yang
dilakukan sampai sore hari. Setelah itu pemanjat boleh turun ke base camp untuk
istirahat dan pemanjatan dilanjutkan keesokan harinya. Sebagian alat masih
menempel di tebing untuk memudahkan pemanjatan selanjutnya. Ini dilakukan
sampai puncak.
Perbedaan dari keduanya
adalah :
Alpine Push :
·
Waktu pemanjatan lebih singkat
·
Alat yang digunakan lebih sedikit
·
Waktu istirahat sedikit
·
Perlu load carry
Himalayan Tactic :
·
Waktu pemanjatan lebih lama
·
Alat yang dibutuhkan lebih banyak
·
Waktu istirahat banyak
·
Tidak memerlukan load carry
Tingkat
Kesulitan (Grade) Dalam Panjat Tebing
Setiap jenis
tebing memiliki tingkat kesulitan yang bervariasi dan untuk memudahkan estimasi
tingkat kesulitan tersebut, biasanya digunakan sistem desimal yang dimulai dari
angka lima (mengacu pada standar tingkat kesulitan yang dibuat oleh Amerika).
Garde 5,7-5,8 Adalah
tingkat kesulitan pemanjatan yang amat mudah. Lintasan pemanjatan untuk
pegangan dan pijakan sangat banyak, besar, dan mudah didapat. Sudut kemiringan
tebing belum mencapai 90 derajat.
Garde 5,9. Tingkat
kesulitan pemanjatan yang mulai agak sulit karena jarak antara pegangan dan
pijakan mulai berjauhan tetapi masih banyak dan besar.
Garde 5,10. Pada
tingkat ini pemanjatan mulai sulit karena komposisi pegangan dan pijakan sudah
bervariasi besar dan kecil. Jarak antar celah dan tonjolan mulai berjauhan.
Terdapat dua tumpuan tangan dan satu tumpuan kaki, faktor keseimbangan mulai
dibutuhkan.
Garde 5,11. Tingkat
kesulitan ini lebih sulit lagi karena letak antara pegangan yang satu dengan
pegangan yang lainnya berjauhan dan kecil-kecil yang hanya bisa dipegang oleh
beberapa jari saja, kedua tungkai melakukan gerakan melebar agar kaki dapat
bertumpu pada tumpuan berikutnya. Keseimbangan tubuh sangat berpengaruh, bentuk
tebing yang dilalui pada lintasan ini terdapat variasi antara tebing gantung
dan atap.
Garde 5,13-5,14. Jalur lintasan
ini bervariasi antara tebing gantung dan atap dengan satu tumpuan kaki dan satu
tumpuan tangan. Pemanjat mulai melakukan gerakan gesek (friction) dan bertumpu
pada ujung jari (edginh) bahkan harus mengaitkan tumit pada pijakan (hooking).
Selain
kriteria kesulitan ini, Negara lain juga membuat tingkat kesulitan sesuai
dengan penilaian masing-masing, antara lain Jerman, Perancis, UIAA (Union
Internationale des Association Alpines).
Kecakapan
Panjat Tebing/Pendakian
Kecakapan
dalam panjat tebing meliputi pengenalan peralatan/perlengkapan dan
teknik-teknik dalam pemanjatan tebing.
PENGENALAN TEBING
Tebing sendiri
merupakan prasarana dalam kegiatan panjat tebing. Pengetahuan dasar tentang
tebing yang harus diketahui antara lain: Bentuk tebing, bagian tebing yang
dilihat secara keseluruhan mulai dasar sampai puncak. Bagian-bagiannya antara
lain blank (bentuk tebing yang mempunyai sudut 90 derajat atau
biasa disebut vertikal), overhang (bentuk tebing yang mempunyai
sudut kemiringan antara 10-80 derajat), roof (bentuk tebing yang
mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menggantung), teras (bentuk
tebing yang mempunyai sudut 0 atau 180 derajat, terletak menjorok ke dalam
tebing), dan top (bagian tebing paling atas yang merupakan tujuan
akhir suatu pemanjatan).
Lalu ada soal
permukaan tebing yang merupakan bagian dari tebing yang nantinya akan digunakan
untuk berpegang dan berpijak dalam suatu pemanjatan. Bagian ini di kategorikan
menjadi tiga bagian: face (permukaan tebing yang mempunyai
tonjolan), slap/friction (permukaan tebing yang tidak mempunyai
tonjolan atau celah, rata, dan mulus tidak ada cacat batuan), dan fissure
(permukaan tebing yang tidak mempunyai celah/crack).
Dengan
mengenali pengenalan dasar atas medan yang hendak ditempuh, para pemanjat akan
langsung bisa mempersiapkan teknik penaklukannya dan mengurangi tingkat
kesulitannya.
PENGENALAN PERALATAN
Tali
|
|
Carabiner
Carabiner atau
snaplink adalah cincin kait yang terbuat dari allumunium alloy yang
bentuknya beragam dan mempunyai gate yang berfungsi seperti peniti dan
mempunyai kekuatan yang bervariasi tergantung pada beberapa hal antara lain
logam, bentuk, penampang lintang dan pintunya. Sedang kelemahan dari carabiner
terletak pada pintunya terutama pin engsel dan pin penguncinya.
Ada 2 jenis carabiner yaitu
:
·
Carabiner screw gate (menggunakan kunci pengaman)
·
Carabiner non screw gate (tanpa kunci pengaman)
Piton
Piton adalah
sepotong logam dibentuk agar berfungsi sebagai pasak celah tebing batu. Piton
dari baja kromalin lebih banyak digunakan pemanjat karena alat ini mudah
dicabut untuk digunakan kembali dan sangat menguntungkan untuk pemanjatan
artificial pada suatu tebing yang panjang. Secara umum piton terbagi dua yaitu
:
·
Piton bilah (piton blade)
·
Piton siku (piton angle)
Dari kedua tipe ini dikembangkan bermacam-macam
bentuk piton sesuai dengan jenis celah batu yang ada dan selain itu ada lagi
piton yang khusus dipakai (penambat tali) dalam rapelling.
Chock & Friend
Chock adalah
sebuah alat yang dimasukkan pada celah batu dengan jari tangan sehingga
terjepit dan dapat menahan beban berat dari arah tertentu, chock mempunyai 3
bentuk yaitu :
1. Bulat
2. Segi enam (hexentric)
3. Baji (stopper)
Friend adalah
sebuah alat penjepit, yang fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi chock,
kemampuan friend menyesuaikan ukuran bentuknya agar bisa digunakan pada
berbagai celah batu.
|
Etrier/Stirrup
Etrier/Stirrup
(tangga gantung) adalah alat untuk pemanjatan artificial. Etrier ada dua macam
yakni dari webbing dan dari logam campuran alumunium. Dengan tangga ini
pemanjat dapat bertumpu setinggi mungkin pada tebing yang curam, bercelah tipis
dan blank, serta memudahkan pemanjat untuk menambah ketinggian.
Hammer
Palu untuk
memanjat tebing sedikit berbeda dengan palu untuk paku. Pada pemanjatan
artificial, kepala palu harus cukup berat agar dalam penancapan piton bias
dilakukan dengan mudah, bagian kepala palu lebar, bagian ekor berbentuk baji
(wedge) atau meruncing.
Sepatu panjat
Ada dua jenis sepatu yang
digunakan dalam pemanjatan :
1. Sepatu yang lentur dan
fleksibel dalam hal ini menggunakan sol yang halus
·
Setiap pijakan dapat dirasakan oleh pemanjat karena solnya tipis
·
Untuk medan kering
·
Menguntungkan pada rekahan kecil, permukaan tebing yang miring (overhang),
pijakan membulat (slob).
·
Ringan
2. Sepatu yang solnya kaku
·
Lebih aman untuk jamming pada rekahan yang lebar dan tajam.
·
Tidak mudah lelah dan menguntungkan untuk berdiri pada pijakan kecil
dan tajam.
·
Berat
·
Untuk medan basah dan kering.
Helm
Seorang pemanjat
tebing dianjurkan memakai pelindung kepala atau helm. Perlengkapan ini
berfungsi melindungi kepala dari benda yang jatuh dari atas trutama batu dan
benturan kepala dengan tebing ketika jatuh.
Harness
|
Alat pengaman pemanjatan
yang dapat menahan atau mengikat badan. Ada dua jenis harness :
·
Seat harness, menahan beban badan pemanjat tebing yang jatuh agar tidak
mematahkan pinggulnya.
·
Full body harness, menahan beban badan pemanjat tebing pada bagian
pinggul, dada, punggung, dan paha.
Webbing
Webbing adalah
pita yang tebuat dari bahan nilon yang mempuntai kekuatan sama dengan tali,
meskipun tidak mempunyai daya lentur, kegunaannya banyak sekali antara lain
adalah untuk sling, tangga gantung dan sebagainya.
Ascender dan Descender
Ascender
adalah alat penjepit tali yang berfungsi jika beban bertumpu padanya, sehingga
tidak dapat melorot. Prinsipnya dapat dinaikkan walaupun dalam keadaan
terkunci, jika akan menurunkan harus membuka kunci terlebih dahulu.
Descender
adalah sebuah alat untuk turun dengan tali yang menggunakan system gesekan.
Tali dapat bergeser pada alat ini sehingga gerakan turun dapat dikontrol dengan
baik dan membantu dalam pengereman. Dari sekian banyak tipe yang ada, figure of
eight dan gri-gri cukup baik dipakai karena mempunyai fungsi ganda sebagai alat
belaying.
Chalk Bag
|
|
Biasakanlah beristirahat saat pemanjatan untuk mengatur
langkah dan nafas, dan tidak usah terburu-buru
TEKNIK PANJAT TEBING
Meliputi
teknik-teknik khusus dalam rock climbing yang berhubungan dengan pemanfaatan
anggota tubuh maupun dengan alat bantu/artificial climbing.
Tangan dan Kaki
·
Hold
Yaitu istilah untuk
menunjukkan tempat dimana kaki dan tangan diletakkan dan mendapatkan pegangan.
Hold tentu saja bervariasi dalam ukuran, bentuk, jenis batuan, serta
friksi/gesekan yang dipunyai. Jenis-jenis hold, yaitu : flat hold dan mantle
shelf, finger hold, pinch grip, foot hold, side
hold, jug hold, lay backing, opposition, small hold,
under cuts.
·
Jamming
Adalah teknik dimana
tangan/kaki dimasukkan /dijepitkan pada celah yang ada sehingga merupakan
penguat kedudukan.
|
Tubuh
Chimneying, yaitu
pemanfaatan celah yang lebar sebagai sarang pendaki, dengan menggunakan kaki,
tangan dan punggung secara bersamaan.
Stirrups/Etriers
Alat bantu yang berujud
tangga dari tapes dan metal yang digantungkan pada batu yang menonjol, maupun
pada pasak/paku bor yang telah dipasang sebelumnya.
Ascender
Alat bantu yang dikaitkan ke
tali apabila didorong ke atas (lewat tali) akan tetapi tidak bias ditarik ke
bawah, sehingga akan menahan beban si pendaki agar tidak jatuh. Jenis-jenisnya
yaitu jummar, clogs (mekanis), prusik loops.
TIPE PEMANJATAN
Kecakapan
mendaki juga termasuk pengenalan terhadap jenis-jenis pendakian yang ada, yaitu
:
Face Climbing
Yaitu memanjat
pada tebing dimana masih terdapat tonjolan-tonjolan ataupun celah-celah yang
dapat digunakan sebagai pijakan kaki maupun pegangan tangan. Dalam face
climbing yang harus diperhatikan adalah :
·
Tumpuan, percayakan berat badan pada kaki, bukan pada tangan. Tangan
lebih dipakai untuk mengatur keseimbangan.
·
Jangan rapatkan badan pada tebing karena akan memudahkan momen gaya
pada kaki akibatnya mudah tergelincir.
·
Jangan memindahkan tangn/kaki terlalu jauh supaya berat badan tetap
terkonsentrasi pada bidang tumpuan.
·
Jangan tergesa-gesa dan terlalu cepat dalam bergerak.
·
Ingat hokum tripot, yaitu usahakanlah selalu ada tiga titik tumpuan, 2
tangan satu kaki atau satu tangan 2 kaki.
Friction/Slab Climbing
Dalam
pendakian ini semata-mata hanya mengandalkan daya gesek sebagai penumpu. Ini
sering terjadi pada tebing yang tidak terlalu vertical/slab, dimana kekasaran
permukaan tebing cukup dapat menahan tubuh. Sepatu yang baik dan pembebanan
maksimal pada kaki adalah hal yang penting dalam pendakian jenis ini.
Fissure Climbing
Dalam
pendakian jenis ini, anggota tubuh diumpamakan sebagai pasak yang dijepitkan
pada celah-celah yang ada, sehingga merupakan daya penahan bagi tubuh kita.
Disinilah jamming dan chimneying berfungsi.
Pemanjatan biasanya
dilakukan secara berkelompok, dengan tugas yang berbeda, yaitu :
·
Leader, pemanjat yang naik pertama kali
·
Second man/belayer, pemanjat kedua sekaligus yang menambat atau
mem’belay’ leader.
PEMANASAN PEMANJAT
Pemanasan
merupakan awal dari aktivitas olahraga, termasuk olahraga panjat tebing Dan
bentuk dari pemanasan itu bermacam-macam, antara lain peregangan. Sedangkan
metode peregangan terdiri dari tiga macam yaitu
:
·
Metode statis, masyarakat umum mengenalnya dengan istilah stretching.
·
Metode dinamis, dikenal dengan istilah senam pemanasan.
·
Metode pasif, peregangan yang dibantu orang lain.
Dengan melakukan stretching kita akan mendapatkan
beberapa keuntungan, yaitu :
·
Otot akan siap menerima beban tambahan yang lebih berat lagi.
·
Membantu koordinasi kerja otot agar dapat lebih mudah untuk
bergerak.
·
Memperluas daya gerak dari persendian otot.
·
Mempermudah gerak yang akan dilakukan .
·
Tindakan preventif untuk mencegah terjadinya cedera pada otot dan
sendi.
·
Menghindarkan rasa sakit pada otot, setelah latihan yang berat
·
Selama gerakan stretching dilakukan maka hanya otot-otot yang bersangkutan saja yang ,menerima beban,
sedangkan otot antagonistisnya
tidak.
Metode statis lebih sedikit
memakai energi, jika di bandingkan dengan metode dinamis.
Sistem
Pengaman
Anchor (dibaca : angker) atau
tempat untuk berkait seperti jangkar kapal namun dalam rock climbing disebut pengaman
adalah alat yang dapat dipakai sebagai penahan beban. Tali dimasukkan pada
anchor melalui carabiner sehingga pemanjat dapat tertahan oleh anchor bila
jatuh. Ada dua jenis anchor :
1. Natural anchor, bisa berupa
pohon, lubang tembus, tonjolan batu yang menyerupai tanduk (horn).
2. Artifisial anchor, adalah
anchor buatan yang ditempatkan dan diusahakan ada pada tebing oleh pemanjat
sebagai pengaman. Bentuk dan modelnya disesuaikan dengan cacat batuan contohnya
chock, friend, piton dan lain-lain.
Penempatan runner
pada sebuah jalur tujuannya adalah untuk mengurangi akibat jatuh yang
sangat fatal, maka penempatan runner pada jarak-jarak tertentu di tebing perlu
dilakukan. Menempatkan runner sebanyak mungkin berarti memperkecil fall
factor (resiko pemanjat jatuh dengan tali yang terulur).
|
|
Seorang
pemanjat tebing juga harus mempunyai pengetahuan tentang masa pakai alat,
frekuensi pemakaian, prestasi alat, karakteristik dan cara kerja alat.
Kecelakaan yang ada sangkut pautnya dengan peralatan lebih banyak terjadi
karena kesalahan pemakaian (human error), bukan unjuk kerja (performance)
alat. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan pada
panjat tebing sebagian besar disebabkan dalam penguasaan teknik dan peralatan,
jika semua prosedur pemanjatan sudah dilakukan dengan benar resiko buruk akibat
jatuh dapt diperkecil.
Catatan :
Leader adalah pemanjat
pertama yang melakukan pemanjatan atau membuka jalur pemanjatan. Pada tahap
menjadi seorang leader, seorang pemanjat harus sudah menguasai dan terampil
dalam semua teknik yang ada dalam rock climbing. Belayer (Ground and Hanging)
adalah cara atau teknik dasar untuk persiapan penyelamatan pada pemanjat
pertama untuk menambah ketinggian. Cara atau teknik ini harus dikuasai oleh
seorang pemanjat selain dapat menambah ketinggian dan keamanan belayer itu
sendiri.
Manajemen
Tali (Rope Management)
Untuk
pemanjatan dalam panjat tebing (rock climbing) pada umumnya ada dua macam,
yaitu :
1. Pemanjatan dengan tali
tunggal, pemanjatan yang menggunakan satu tali utama.
2. Pemanjatan dengan tali
ganda, pemanjat yang menggunakan dua tali utama.
Kedua teknik ini pada intinya mengenai penggunaan
tali pemanjatan dan penguasaan tentang tali-tali dalam suatu kegiatan rock
climbing. Dalam pelaksanaan rock climbing semua unsure pengaman bagi pemanjatan
baik yang ada pada pemanjat ataupun yang dipasang di tebing harus menyesuaikan
simpul dan tali. Penempatan dari ketrampilan tali-temali ini harus menggunakan
simpul yang tepat dan efektif, agar dapat membantu menolong diri sendiri
ataupun teman.
Manajemen
Pemanjatan (Climbing Management)
|
Dalam suatu
kegiatan olahraga alam bebas, mengetahui medan dengan perencanaan adalah suatu
hal yang sangat penting. Bidang panjat tebing ini memerlukan urutan, tata cara
dan prosedur yang tepat agar menjamin lancarnya pemanjatan, serta memudahkan
pengaturan.
Langkah-langkah dalam pemanjatan :
PEMILIHAN JALUR
Jalur yang
dipilih berdasarkan data yang telah ada, baik melalui literature, informasi
dari pemanjat lain serta pengamatan langsung. Pengamatan langsung merupakan
cara yang paling baik, karena dapat mengetahui kondisi tebing yang sebenarnya,
sering disebut orientasi jalur. Dalam orientasi jalur ada beberapa hal penting
yang sangat berguna dalam pemanjatan, antara lain :
·
Dapat memperkirakan tinggi, jenis batuan, berapa pitch yang akan
dipanjat.
·
Menentukan titik awal pemanjatan.
·
Menentukan jenis alat pengaman yang akan digunakan.
·
Memperhitungkan penempatan anchor untuk istirahat, pergantian leader
untuk hanging belay juga hanging bivaak.
PEMBAGIAN PERSONIL
Personil dibagi berdasarkan
pada :
·
Jumlah personil
·
Kemampuan personil
·
Jalur yang dipilih
·
Sistem pemanjatan
·
Ketersediaan alat
MEMPERSIAPKAN PEMANJATAN
Peralatan yang dibawa disesuaikan dengan jalur yang
akan dipanjat dengan susunan yang rapi dan sistematis. Adapun factor yang
mempengaruhi pemakaian alat adalah :
·
Jenis batuan
·
Cacat batuan
·
Kemampuan leader
·
Pengaman yang tersedia
MEMPERSIAPKAN PEMANJATAN
Setelah semua
peralatan siap, maka pemanjatan dapat dimulai. Hal yang penting dalam
pemanjatan beregu adalah adanya komunikasi antar pemanjat, terutama leader dan
belayer. Komunikasi ada dua bentuk,
yaitu bahasa dan isyarat. Komunikasi bahasa digunakan apabila leader dan
belayer masih dalam jangkauan teriakan. Komunikasi isyarat digunakan apabila
leader dan belayer sudah berada di luar jangkauan teriakan. Dalam kenyataan di
lapangan, alat komunikasi lebih menguntungkan sebab irit energi dan mudah
memakainya.
MEMULAI PEMANJATAN
Leader
melakukan pemanjatan pitch 1 dengan membawa dua roll tali sekaligus. Satu tali
sebagai tali utama (yang akan diikatkan pada runner) dan tali tambat (fixed
rope). Fixed rope ini dapat juga sebagai transport barang/peralatan antara
leader dan personil yang ada di bawahnya.
CLEANING
Setelah leader
menyelesaikan pitch 1 dan memberitahu bahwa pemanjat kedua siap dan boleh naik.
Personel kedua melakukan jummaring dan
sekaligus menyapu runner yang telah dipasang leader. Jummaring dilakukan pada fixed
rope dengan berbagai keuntungan :
·
Tali dalam keadaan lurus vertikal sehingga tidak terjadi pendulum.
·
Tali tidak tertambat pada runner yang akan diambil sehingga memudahkan
pengambilan.
·
Gerakan lebih bebas.
Agar cleaner tidak
terlalu jauh dengan runner yang akan dilepas, maka antara tali utama dengan
fixed rope harus dihubungkan. Tugas cleaner :
·
Membersihkan jalur dan menyapu runner
·
Mencatat pengaman yang digunakan berikutnya.
·
Sebagai leader untuk pitch berikutnya.
·
Membawa tali untuk pemanjatan.
PEMANJATAN UNTUK PITCH 2 DAN SELANJUTNYA
Setelah
cleaner sampai di pitch 1 langsung persiapan untuk pemanjatan berikutnya. Pada
pitch 2 ini cleaner menjadi leader dan yang tadi sebagai leader berganti
menjadi belayer. Sementara itu personil yang masih di bawah naik dengan
jummaring, bila kondisi memungkinkan gerakan personil dari bawah dapat
dilakukan dalam waktu yang bersamaan dengan leader pada pitch 2, yang hanya
perlu diwaspadai adanya runtuhan batuan, terutama karena gerakan leader. Untuk
pemanjatan selanjutnya pada pitch berikut prosedurnya sama seperti di atas.
TURUN TEBING
Setelah semua
pemanjat sampai puncak atau telah menyelesaikan target yang ditentukan, maka
yang harus dilakukan adalah turun tebing (rapelling). Untuk rapelling perlu
dibuat anchor sebagai penambat tali. Setelah tali terpasang maka rapelling siap
dilakukan. Rapelling dapat dilakukan pada tali tunggal atau ganda (double).
Personel yang turun pertama kali harus membawa tali dan memasang pada pitch
berikutnya. Personel yang terakhir sebaiknya menggunakan double rope dan tali
hanya dikalungkan pada anchor, agar tali tersebut dapat ditarik ke bawah,
begitu seterusnya untuk setiap pitch.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rapelling :
·
Ujung bawah tali harus disimpul
·
Tali antar pitch harus selalu dihubungkan
·
Waspada terhadap runtuhan batuan
DI DASAR TEBING
Setelah semua
pemanjat turun, dilakukan pendataan dan pengecekan peralatan yang dipakai.
PEMBUATAN TOPO
Topo adalah
gambar atau sket jalur yang berhasil dipanjat. Sket ini dilengkapi dengan data
sebagai berikut :
1. Nama jalur
2. Lokasi
3. Jenis batuan tebing
4. Tinggi tebing
5. Sistem pemanjatan
6. Teknik pemanjatan
7. Waktu pemanjatan
8. Tingkat kesulitan (grade)
9. Data peralatan yang
digunakan
10. Daftar pemanjat
Jenis
Pembuatan Jalur
Secara umum
ada dua aliran teknik pembuatan jalur yang dewasa ini dapat dianut yaitu aliran
tradisional dan aliran modern. Perlu diingat, tulisan ini membahas teknik
pembuatan jalur untuk diselesaikan secara free climbing.
Pembuatan
jalur secara tradisional pada prinsipnya adalah membuat jalur sambil memanjat.
Teknik ini cenderung bernilai petualang, karena lintasan yang akan digunakan
sama sekali baru, tanpa pengaman, tanpa dicoba lebih dahulu, dan pemanjat
langsung membuat jalur tersebut dari bawah sampai puncak.
Sementara itu
ada dua cara yang banyak dilakukan dalam teknik pemanjatan modern.
·
Cara 1 adalah dengan teknik tali tetap (fixed rope technic). Pada
teknik ini, pembuatan jalur dapat dilakukan dengan rapelling (rap bolting) atau
ascending pada tali tetap (fixed rope) yang telah terpasang. Langkah
selanjutnya adalah perencanaan arah jalur dan pemasangan pengaman tetap (bor).
·
Cara 2 mirip dengan cara 1, tetapi tidak dengan tali tetap melainkan
dengan menggunakan top rope. Kelebihan cara ini, pembuat jalur dapat melakukan
pembuatan arah jalur. Dapat direncanakan arah jalur dan penempatan pengaman
lebih persisi karena gerakan pemanjat dapat diketahui terlebih dahulu.
Hal penting
untuk diperhatikan dalam dua teknik ini adalah pembuat jalur harus
memperhatikan dan mencapai titik akhir sebagai tempat penambatan tali tetap
atau top rope. Titik akhir jalur dapat dicapai dengan banyak cara, diantaranya
dengan melewati jalan setapak atau lewat jalur lain yang telah ada bila titik jalur mustahil dicapai karena
masih ada lagi yaitu dengan pemanjatan artifisial. Setelah pembuatan jalur
tuntas secara artifisial, pembuat jalur dapat membatasi atau mengurangi jumlah
pengaman (hanger) untuk dipanjat secara free climbing.
Teori
Evakuasi
|
Akibat buruk
lainnya adalah patah tulang atauretak
tulang ketika jatuh dalam melakukan kegiatan. Dari kasus semacam inilah,
sebagai pemanjat dituntut untuk sedikit banyak mengetahui teknik evakuasi.
Ada tiga cara mengevakuasi
korban pada kasus kecelakaan kegiatan panjat tebing :
1. Korban diturunkan (lowering)
2. Korban dinaikkan (raising)
3. Korban diseberangkan (suspension)
Keputusan untuk mengambil salah satu cara yang
dilakukan harus cermat dalam pemilihannya. Sebelum dievakuasi, sebaiknya
diketahui stadium korban, jika sudah diketahui kemudian dilakukan pertolongan
pertama (First Aid). Selanjutnya pertimbangkan lagi cara yang diambil,
apakah korban dievakuasi dengan jalan dinaikkan, diturunkan atau diseberangkan
di tebing sebelahnya.
Pertolongan
sangat mutlak untuk dilakukan, pernah ada kasus di tebing Dolomite – Italy,
seorang pemanjat jatuh, saat itu tali utama dililitkan ke perut. Ketika tali
utama jatuh, tali yang dililitkan bergeser ke bagian atas badan kemudian
menghantam bagian tulang rusuk sampai patah, ketika dievakuasi tidak diketahui
sejauh mana tulang rusuknya patah, sehingga main pangku begitu saja. Akibatnya
sangat fatal, tulang rusuk yang patah menusuk paru-paru dan akhirnya pemanjat
itu meninggal.
Di Indonesia
ada beberapa peristiwa yang pernah terjadi sehingga dibutuhkan ketrampilan
panjat tebing. Pada tahun 1982, ketika dua orang mengalami kecelakaan di tebing
sekitar Maribaya Kabupaten Bandung, yang satu retak pergelangan lutut, dan yang
satu lagi retak bagian kepala akibat tertimpa batu, kejadiannya pada ketinggian
110 m dari dasar tebing yang berupa sungai, akhirnya korban dinaikkan. Kemudian
tahun 1988, di tebing Parang, Purwakarta, dari dua orang pemanjat salah satunya
jatuh hampir sepanjang tali (45 m), akibatnya mengalami patah tulang bahu dan
jari tangan, kejadiannya pada ketinggian 300 m dari dasar tebing, korban
selanjutnya diturunkan.
Pada tahun
1989, satu tim sedang melakukan pembuatan jalur baru di tebing Unta (Kalimantan
Barat), salah seorang jatuh bebas dari tali utama dan tersangkut pada teras
batu pada ketinggian 415 m dari dasar, meninggal, tetapi sulit untuk
dievakuasi, akhirnya didatangkan satu tim panjat tebing dan korban diturunkan
setelah tersangkut selama dua hari.
Agar tidak
terjadi masalah baru dalam menangani kasus yang terjadi di tebing, jika tidak
merasa mampu sebaiknya jangan melakukan evakuasi. Tetapi ada baiknya minta
pertolongan pada orang lain yang dianggap mampu.
Dalam
pendakian tentu saja harus diperhatikan faktor-faktor yang dapat membawa kita
pada keselamatan, diantaranya :
1. Mengambil keputusan yang sifatnya
untung-untungan, perhitungkan semua resiko yang dapat terjadi pada diri anda.
2. Melakukan pemanjatan tanpa
dilengkapi peralatan pengaman apapun.
3. Berada di tempat-tempat yang
tinggi atau puncak di waktu hujan atau akan turun hujan.
4. Menjatuhkan batu atau
benda-benda dari atas, jika di bawah masih ada orang. Dalam keadaan terpaksa
beri tanda dengan teriakan serta keterangan kemana arah jatuh batu/benda
tersebut.
5. Memanjat (prussiking) tali
utama yang menjuntai, disebabkan tersangkut oleh sesuatu hal.
Panjat
Tebing Es (Snow & Ice Climbing)
Pada pendakian
gunung yang sangat tinggi, sering kita jumpai medan-medan yang tertutup es
maupun salju. Untuk itu diperlukan alat-alat dan teknik-teknik khusus dalam
penjelajahannya.
PERALATAN
Ice Axe/Kapak Es, Digunakan sebagai :
·
Tongkat untuk berjalan
·
Alat bantu pada tebing-tebing es terjal
·
Untuk belay
·
Berfungsi sebagai rem
Ice Screws, Yaitu sebagai pasak yang
dipakai dalam pendakian gunung bersalju, berfungsi sama dengan piton dan paku
bor, pada rock climbing.
Crampons, Suatu alat yang berbentuk
frame dengan paku-paku yang dapat dipasang pada sepatu pendaki, gunanya untuk
berjalan pada medan bersalju yang menurun (snow slope) maupun yang terjal.
|
TEKNIK-TEKNIK
Self Arrest
Teknik untuk
dapat berhenti dengan cepat waktu tergelincir, yaitu dengan memanfaatkan
bermacam-macam posisi yang menguntungkan disertai dengan bantuan Ice Axe
sebagai rem.
Single Axe Technique
|
Pada medan
bersalju yang terjal, pendakian “rope climbing” juga sering digunakan, dengan
Ice Screw dan Ice Piton sebagai runner. Perjalanan dilakukan secara
serentak/bersama-sama dan berurutan, jarak antar pendaki lebih kurang 20 kaki
dan dihubungkan dengan tali, sisa tali dililitkan ke tubuh. Bila salah seorang
pendaki tergelincir, yang lain akan membelay, dengan memanfaatkan Ice Axe
sebagai rem.
Lembaga
Induk Panjat Tebing Di Indonesia
Federasi
Panjat Tebing Indonesia (FPTI) adalah lembaga induk seluruh organisasi yang
bergerak dalam bidang panjat tebing di Indonesia. FPTI bernaung di bawah
pembinaan Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) dan berafiliasi kepada
UIAA (Union Internationale des Associations d'Alpinisme) sebagai organisasi
payung bagi kegiatan panjat tebing di seluruh dunia. Olah raga panjat tebing
sendiri dewasa ini telah menjadi cabang resmi di Olimpiade dan di Indonesia
telah pula menjadi cabang olah raga resmi yang dipertandingkan dalam Pekan Olah
Raga Nasional (PON).
FPTI saat ini
secara rutin menyelenggarakan kompetisi reguler baik ditingkat nasional maupun
lokal / daerah untuk memenuhi kualifikasi cabang olah raga resmi PON. Setiap
peserta / atlit yang rutin mengikuti jadwal kompetisi dan berhasil menjuarai
akan dimasukkan ke dalam daftar peringkat lokal dan nasional. Atlit yang telah
mendapat peringkat kompetisi kemudian akan diarahkan untuk mengikuti TC
(training center) baik untuk kepentingan daerah, nasional maupun
internasional.
Hingga saat
ini FPTI telah menyelenggarakan kejuaraan tingkat dunia yang merupakan salah
satu seri dari rangkaian kompetisi internasional yang menjadi jadwal UIAA.
Hasil dari kejuaraan ini sangat menggembirakan karena atlit-atlit nasional
putra dan putri Indonesia mampu menjadi juara. Dengan demikian peluang Indonesia
untuk mengikuti seri kompetisi internasional maupun olimpiade akan semakin
besar.
CATATAN PENTING
H a r u s . . .
1. Mempunyai minimal 2 buah
pengaman yang nilai pengamannya sangat tinggi (baik), dalam hal pemanjatan
maupun tahap penambatan.
2. Belayer (penambat) selalu
dapat melihat gerakan-gerakan orang yang sedang ditambat (pemanjat).
3. Selalu dalam keadaan
seimbang 3 titik dalam melakukan gerakan dalam memanjat tebing.
4. Mengetahui kedudukan
pengaman yang telah/baru dipasang secara tepat dan selalu memberi sentakan keci
agar dapat memastikan apakah pengaman tersebut masih goyah atau tidak.
5. Selalu memeriksa
kekuatan-kekuatan pengaman atau gelang-gelang yang ditinggal pemanjat lain,
jika ragu-ragu ganti atau perbaiki sehingga menjadi pengaman yang aman.
6. Memperhitungkan jalan untuk
turun atau jalan pintas yang lebih mudah.
7. Menghindarkan tali utama
(tali pemanjatan) bergesekan dengan batuan/benda-benda tajam, bila perlu
tumpulkan dulu.
8. Memeriksa keadaan
pegangan-pegangan/injakan yang hendak digunakan dengan jalan memukul atau
mengetuk-ngetuk.
9. Membawa perlengkapan PPPK
dalam setiap pemanjatan.
10. Memeriksa kembali
simpul-simpul tali utama yang menghubungkan ujung tali dengan tubuh/harness
(minimal dua kali pemeriksaan).
11. Memeriksa kembali seluruh
peralatan yang mengunakan simpul-simpul (sling, chock, dan lain sebagainya).
S e b a i k n y a . . .
·
Tidak tepat berada di bawah orang yang sedang memanjat.
·
Jarak pemanjat dengan belayer tidak terlalu jauh.
·
Pengaman-pangaman yang dipasang tidak terlalu jauh jaraknya (kurang
lebih 2 meter).
·
Untuk memanjat jalur-jalur yang baru sebaiknya membawa pengaman pasak
atau kalau sangat perlu sekali, siapkan peralatan bor.
·
Setiap pemanjat membekali diri dengan sepasang tali penjerat (prusik
rope).
·
Orang yang pertama kali turun diamankan juga oleh tali pengaman
cadangan yang ditambatkan oleh orang lain (belayer).
·
Orang yang di bawah memakai pelindung kepala (helm).
·
Tidak melakukan pemanjatan di waktu hujan turun.
·
Pengaman pertama adalah pengaman pengunci.
ISTILAH PANJAT TEBING
Aid Climbing : pemanjatan dengan bantuan peralatan seperti
piton, chock, bolt, dan lain-lain, dimana pemanjatan bebas tidak mungkin
dilakukan, pemanjatan bergantung sepenuhnya pada peralatan.
Belay, membelay : mengamankan dengan tali, baik oleh leader
maupun belayer.
Belayer : orang yang mengamankan leader dengan tali.
Big Wall Climbing : pemanjatan suatu tebing yang dilakukan
berhari-hari dengan teknik tali-temali khusus dan tidur bergantung di tebing
kadang-kadang dilakukan.
Bolt : baut pengaman, untuk memasangnya tebing harus
dibor terlebih dahulu.
Clean Climbing : pemanjatan tanpa menggunakan piton dan bolt,
biasa juga disebut dengan free climbing.
Crux : tahapan tersulit dalam gerakan pemanjatan.
Edging : menggunakan sisi sepatu pada hold yang tipis atau
tajam.
Exposure : factor psikologis yang timbul akibat
ketinggian, jauh dari pengaman dan kecuraman tebing, sehingga pemanjatan terasa
lebih sulit bila dibandingkan dengan tingkat kesulitan yang sama pda ketinggian
yang rendah.
Fixed rope : tali tetap, dapat dipergunakan untuk titian
naik dan pegangan tangan pada tempat yang sulit.
Grade : sistem yang digunakan untuk menyatakan
kesulitan tebing.
Hand travers : Teknik merayap tebing kea rah samping dengan
mempergunakan hand hold.
Hold : suatu bentuk pada permukaan tebing yang
meungkinkan tangan atau kaki berpegang atau berpijak.
Hypothermia : kadang-kadang disebut exposure, kondisi
kesehatan yang bisa berakibat fatal bila tubuh kehilangan panas.
Leader : pemimpin pemanjatan atau orang pertama yang
merintis jalan.
Main rope : tali utama yang dipergunakan dalam
pemanjatan.
Natural protection : pengaman alam spohon, lubang tembus, tanduk
dan sebagainya.
Objective danger : factor resiko bahaya di luar control manusia,
seperti cuaca, runtuhan batuan dan lainnya.
Pitch : tahapan pemanjatan, tidak tergantung tinggi
rendahnya tebing yang dipanjat.
Rock fall/fall : peringatan apabila ada benda jatuh dari atas
(batu,palu,chock, dan lainnya).
Running belay, runner : pengaman yang dipasang oleh leader baik
berupa piton, chock atau bolt guna mengamankan gerakan pemanjatan, tali utama
bebas bergerak padanya.
Serious ascent : pemanjatan pada tempat yang berbahaya atau
tidak ada pengaman.
Traverse : gerakan ke samping, suatu ketika lintasan
harus dihindari oleh leader. Hingga bergerak ke samping untuk memulai lintasan
baru ke atas:
-
pemanjatan dan penurunan puncak dengan rute yang berbeda
-
sebuah rute mengikuti punggungan yang menyambung sampai ke puncak
Three point contact : tiga titik kontak pada pemanjatan setiap kali
bergerak, “tiga kuat satu mencari”.
Langganan:
Postingan (Atom)